Rindu Dekapanmu IBU
Terima kasih ibu. terima kasih sudah menjadi sabar, terima kasih sudah menjadi kasih dan sayang, terima kasih sudah menjadi pelita dikala gulita, terima kasih sudah menjadi pelindung, dikala aku menjadi nakal, Dan. terima kasih yang teramat besar akan semua yang engkau berikan untuk anakmu semata.
Ibu. Kini anakmu sudah tumbuh menjadi dewasa, dan pasti umurmu juga akan semakin renta. Sampai detik ini belum ada yang dapat anakmu berikan melainkan hanya rapalan doa; agar engkau tetap sehat, tetap berada dalam lindungan maha pencipta, tetap berada diantara ketentraman jiwa dan kedamaian hati, serta di panjangkannya umurmu oleh maha pencipta.
Ibu. Aku rindu bermain ditanah lapang telapak tanganmu, rindu akan panggilan suara kerasmu yang menggema di kaki langit, dikala anakmu larut bermain besikal hingga senja terbenam, rindu akan suara ketukan pintu kamar dikala pagi datang menyeruak, rindu mencium aroma sarapan yang engkau buat dipagi hari walau tak aku habiskan, rindu mencium telapak tanganmu, rindu akan pelukanmu, serta rindu mendengar nasihatmu ibu.
Lama, lama. Terasa sangat lama kau mengembara.
Menyiangi ilalang yang berkerumunan, berdamai dengan jarak yang membentang, Dan bersabar dengan rindu yang menyayat. Dengan janji akan pulang, dengan haru memeluk rindu pada hangat pelukanmu ibu…
Ibu maafkan anakmu yang selalu menjadi pembantah dan selalu membuatmu kecewa. Maafkan anakmu yang selalu membentakmu ketika dikuasai oleh emosi hingga sering melukai hati kecilmu. Maafkan anakmu yang hanya memberi kabar saat membutuhkan. Dan maafkan anakmu yang belum mampu memulangkan besar akan balas budimu.
Andaikan, setiap waktu adalah nafas kebaikan. Maka, tak terukur kebaikanmu ibu. dan apabila rasa syukur lebih mulia dibanding cinta, aku bersyukur menjadi anakmu ibu.
_Ashabul Kafri