Friday, December 21, 2018

Merapal Doa


Rindu Dekapanmu IBU

Terima kasih ibu. terima kasih sudah menjadi sabar, terima kasih sudah menjadi kasih dan sayang, terima kasih sudah menjadi pelita dikala gulita, terima kasih sudah menjadi pelindung, dikala aku menjadi nakal, Dan. terima kasih yang teramat besar akan semua yang engkau berikan untuk anakmu semata.
Ibu. Kini anakmu sudah tumbuh menjadi dewasa, dan pasti umurmu juga akan semakin renta. Sampai detik ini belum ada yang dapat anakmu berikan melainkan hanya rapalan doa; agar engkau tetap sehat, tetap berada dalam lindungan maha pencipta, tetap berada diantara ketentraman jiwa dan kedamaian hati, serta di panjangkannya umurmu oleh maha pencipta.
   Ibu. Aku rindu bermain ditanah lapang telapak tanganmu, rindu akan panggilan suara kerasmu yang menggema di kaki langit, dikala anakmu larut bermain besikal hingga senja terbenam, rindu akan suara ketukan pintu kamar dikala pagi datang menyeruak, rindu mencium aroma sarapan yang engkau buat dipagi hari walau tak aku habiskan, rindu mencium telapak tanganmu, rindu akan pelukanmu, serta rindu mendengar nasihatmu ibu.
Lama, lama. Terasa sangat lama kau mengembara.
Menyiangi ilalang yang berkerumunan, berdamai dengan jarak yang membentang, Dan bersabar dengan rindu yang menyayat. Dengan janji akan pulang, dengan haru memeluk rindu pada hangat pelukanmu ibu…
Ibu maafkan anakmu yang selalu menjadi pembantah dan selalu membuatmu kecewa. Maafkan anakmu yang selalu membentakmu ketika dikuasai oleh emosi hingga sering melukai hati kecilmu. Maafkan anakmu yang hanya memberi kabar saat membutuhkan. Dan maafkan anakmu yang belum mampu memulangkan besar akan balas budimu.
Andaikan, setiap waktu adalah nafas kebaikan. Maka, tak terukur kebaikanmu ibu. dan apabila rasa syukur lebih mulia dibanding cinta, aku bersyukur menjadi anakmu ibu.

_Ashabul Kafri


Saturday, December 15, 2018

Menerjang Batas



Bertualang Dan Pulang



Lekaslah berkemas, pergi meninggalkan tanah kelahiran.
Resah di dada berada antar takut dan kekhawatiran.
Seorang petualang yang selalu menyimpan sepinya sendiri.
Namun, dari sudut semesta suara menggema memanggilmu bertualang.
Mengajakmu untuk berani melangkah,
Mengajakmu untuk berani mengarungi savana luas yang membentang.
Seketika senja redup dibawa pergi sang cakrawala.
Kau tersesat disemesta luas, kau diselimuti kegelapan malam.
Inilah dimensi. Ketika semesta gulita tanpa lentara.
Terasa sangat takut, takut, dan gundah-gulana.
Kemudian kau. Menatap hari panjang dibalik tirai ilusimu.
Namun, tertidur bukanlah jawaban untuk lari dari kenyataan.
Disaat mereka telah terbang mencapai kaki langit.
Kau, terpaku mengharap jawaban hadir dalam anganmu.
Cukup sudah. Tersesat disemesta nan luas itu.
Seberapa jauh kau telah kehilangan arahmu.
Seberapa jauh kau telah kehilangan langkahmu.
Jangan hentikan langkah ceritamu, rencanamu,
dan juga mimpi-mimpimu.
Kini, teriakan yang menggema itu di peluk semesta.
Jeritan kesedihan yang hilang ditelan cakrawala.
Jiwa yang tersesat disudut semesta.
Memanggil seruan dangan sebuah jawaban.
Jawaban, yang kau temukan dari kompas tua itu.
Sekarang. Arah mata angin membawamu kearah yang sebenarnya.
Pergilah,pergilah, sejauh mungkin dan menjadi pulang.
Yang kau sebut rumah.




Hati Yang Mati

Pagi datang menyeruak, kabut datang menutupi.
Aku kembali.
Memenuhi ruang sebagai rasa yang hilang.
Menyulam waktu tak berdentang dari sepi ke sepi.
Menerjang kabut semu, walau jarak pandang tak mampu melihat.
Menebarkan aroma tak bernama.
Menebarkan gigil tak bernyawa.
Mencoba bernafas dalam deru riak yang menyesakkan.
Dengan ramai yang membungkam dan sepi yang mencekam.
Dan, Di situlah aku.
Membalut rangka dalam duka yang menyayat.
Menerima walau susah diterima.
Menjadi rindu yang hanya segumpal
tumpukan rasa yang tidak beraroma.
Dicekik dengan detik yang berjalan.
Ditikam dengan bungkam yang kemudian menghilang.
Dan, Di situlah aku. 
Mencoba hidup dengan,
kondisi hati yang telah mati.




Memulangkan Balas Budi

Pada pagi yang menyengit dicengkam dingin.
Udara yang semakin dingin menembus rusuk.
Mentari yang bergejolak hanya menjadi pajangan pada kaki langit.
Hangat hanya pembual lara dalam dingin.
Kau, terbangun dan merangkak.
Dedaunan yang menguning jatuh kebumi semesta.
Menandakan musim gugur hampir usai.
Lama, lama, terasa sudah sangat lama.
Kau mengembara.
Melawan dingin yang menyengit dan panas yang mencekam.
Kemudian. Teragak satu nama dalam pikiranmu.
Nama yang selalu merapal doa dan tak henti mencinta.
Sejak hayat masih dikandung badan, 
Sampai kau menatap bumi semesta.
Mengajarimu arti kehidupan.
Membimbingmu agar kau tidak terjatuh.
Membelikanmu baju baru, sepatu baru,
dan juga mainan kesukaanmu.
Yang walau sudah menjadi kusam dan rusak.
Akan teringat dalam ingatan panjang.
Sehangat-hangat mentari menumpah ruah membakar bumi.
Tak akan bisa mengalahkan pelukan yang ada dibumi.
Kau. Tetap tersenyum lepas menyambut kembalinya sang
Cahaya mata.
Dengan tangisan kebanggaan jatuh membasahi bumi.
Kelak. Saat tubuhmu mulai rungkuh,
Bolehkah aku memulangkan balas budimu.
Walau, kesanggupan tak mampu menyaingi.                                                                                            Sebab. Aku merasa nyaman berada di dekapanmu IBU.

_Ashabul Kafri

Monday, August 6, 2018

SangJuang



  

 

Perpisahan Awal Sebuah Pendewasaan.

  

  Mendengar kata itu terasa berdengung ditelinga, teresa berdebar dihati, dan terasa bergetar antara jiwa dan raga ini. Perpisahan, mendengar kalimat ini bukan lagi suatu kalimat yang asing didengar oleh telinga kita. Satu kalimat yang mempunyai beribu-ribu akan makna kesedihan yang mendalam. Namun, garis waktupun berkata;

“Setiap Yang pergi pasti akan kembali Dan yang Bertemu pasti akan berpisah”.

Suara bising itu kini akan menjadi kenangan  manis, kenangan yang begitu sulit dilupakan oleh ingatan kepala ini, dinding-dinding asrama akan menjadi saksi bisu diantara kenangan-kenangan itu. Kini suara bising itu akan direnggut oleh sang sunyi  yg secara perlahan meredamkan kebisingan yang penuh dengan sejuta kenangan. Kenangan, yang sudah tidak bisa dikalkulasikan lagi dengan hitungan, sudah berapa banyak kenangan yang terciptakan. Kenangan yang begitu sulit untuk dilupakan sampai jiwa Dan raga dipisahkan.

Tapi, jangan jadikan perpisahan ini sebagai akhir dari sebuah kisah, jadikan perpisahan ini menjadi sebuah gerbang pembuka untuk memulai sebuah kisah yang baru.

Seberat apapun perpisahan memisahkan kita jangan jadikan itu akhir dari segalanya, karena, perpisahan mengajarkan kita untuk meraih sebuah pendewasaan.

_Ashabul kafri.

Sunday, August 5, 2018

BERTUALANG


KELANA, DAN RUMAH KECIL ITU.

Anak itu KELANA namanya. Dia itu petualang, sejatinya dia suka kebebasan. Dia tidak suka di kekang biar bagaimanapun pasti akan lepas. Sejauh apapun dia bertualang melawan panas, pasti dia akan kembali dengan sejuta napas. Itulah sosok seorang KELANA.
Dia, ingin sekali melangkah dan pergi jauh untuk bertualang. ( terbesit dalam pikiran anak itu ). mungkin menurutnya bertualang adalah hal yang menarik dan punya tantangan tersendiri bagi dirinya. Ia, sosok seorang KELANA Si pemberani yang mempunyai sejuta mimpi untuk bertualang tanpa ada rasa takut sedikitpun.
Tiba saat dimana, semangat nya yang selalu menggebu-gebu datang dalam batinnya tanpa memandang waktu, membuat pikiran dan hatinya selalu gundah gulana untuk bertualang, persis seperti suara deburan ombak dan angin di lautan ( suasana hati KELANA ). Sontak saja Dia ingin melangkah dan ingin pergi jauh dengan semangat nya itu. Akibat semangat yang selalu menggebu-gebu itu yang sudah tidak bisa di bendung lagi oleh batin nya. Seketika suasana pun terasa hening ditelan sunyi. tak ada sebising suara pun terdengar oleh gendang telinga ini. Seketika, dimana Ia diberi kesempatan untuk berdialog sejenak dengan hati kecil nya. Kelana pun mengakhiri dialog singkat nya itu, yang mana dia sudah mendapatkan jawaban nya dan mempunyai tekat yang bulat untuk bertualang.
Namun tetap saja,Terasa berat kaki ini untuk beranjak, Terasa berat jiwa ini untuk meninggalkan, dan terasa berat membawa raga ini melangkah pergi jauh dari rumah kecil itu. Rumah kecil. Yang mempunyai arti sendiri bagi KELANA dimana tempat berteduh seorang petualang dikala dia lelah berpetualang, tempat meneduhkan lelah dari keras getirnya roda kehidupan, dan rumah kecil yang mempunyai sejuta cerita kehidupan dari tiap-tiap putaran waktu yang terus berputar tanpa mengenal kata henti.
Rumah kecil yang selalu mengajarinya arti sabar dan kesederhanaan. Yang selalu diingat oleh seorang KELANA, dimanapun jiwa dan raganya masih satu dan masih kokoh untuk berdiri, sampai saat dimana jiwanya tidak menyatu lagi dengan raga ini. Rumah kecil yang menjadi saksi bisu disaat ia tumbuh menjadi seorang KELANA dewasa.
Kini sumua itu sudah ia pikirkan sematang mungkin. Tak harus ada lagi kata ragu dalam diri ini, kata ragu. yang mungkin akan membawaku pada penyesalan diujung potongan cerita. (ungkap ia dalam dirinya). Meninggalkan rumah kecil dimana aku tumbuh menjadi seorang dewasa, meninggalkan rumah kecil dengan sejuta arti kehidupan, arti kesabaran, dan arti kesederhanaan. Meninggalkan semua alur di setiap potongan-potongan ceritanya. bukanlah hal yang mudah bagi seorang KELANA, seperti membalikan telapak tangan. terasa sesak didada dan sakit seperti disayat itu yang aku rasakan. Ia ( KELANA), melangkah dan pergi meninggalkan rumah kecil itu, membawa raga serta jiwanya meninggalkan rumah kecil itu dan meninggalkan potongan-potongan alur cerita dari setiap rumah kecil itu.

  Membawa ambisi kelam ingin mengembara, dalam angan yang membara akan berkelana

Secuil senyuman seketika muncul dari mimik wajahnya, mengalahkan mentari dari sang fajar yang menampakan cahayanya dikala pagi datang. Senyuman kebahagian yang mengartikan dirinya sudah berani berkelana jauh dan meninggalkan rumah kecil itu.
Setiap orang punya definisinya masing-masing dalam bertualang. Bagiku bertualang adalah hal yang menarik dan penuh dengan tantangan. Dengan bertualang kau akan mendapatkan hal baru disetiap langkah yang kau pijaki, dan akan menjadi potongan-potongan cerita menarik nantinya, potongan cerita yang pasti kau ceritakan dihari depanmu nanti. Ini definisi bertualang bagi diriku.

“ Berkelanalah Maka Kau Akan tahu Isi Dunia“


              _Ashabul Kafri